Euforia Di Dufan

Pertama kalinya di gagas oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, bahwa Indonesia khususnya warga Jakarta perlu memiliki kawasan wisata terpadu yang bisa dinikmati oleh masyarakat banyak, maka dipilah lah daerah Ancol untuk dibangun kawasan tersebut, dipilihnya daerah pesisir utara Jakarta ini bukan tanpa alasan, mengingat sebelumnya kawasan ini adalah rawa rawa, atau oleh masyarakat setempat sering dibilang sebagai tempat jin buang anak. Sebelumnya memang kawasan ini sudah diproyeksikan untuk menjadi kawasan industri namun ide tersebut ditolak oleh Soekarno dan tatap berpegang teguh kalau Kawasan Ancol harus tetap dijadikan sebagai taman hiburan, saat itu Soekarno mendapat ide setelah beliau habis berkunjung dari Disneyland, Hollywood Amerika Serikat

Akhirnya proyek pembangunannya pun di mulai, proyek yang sepenuhnya diberikan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta, lewat Gubernur DKI Jakarta kala itu Soemarno Sosroatmodjo. Namun meski diberi kepada Pemda DKI, tetapi pembangunan  kawasan Ancol kala itu tetaplah masuk dalam proyek nasional, karena sejatinya pembangunan kawasan ini, adalah bagian dari modernisasi Jakarta sebagai Ibukota Negara. Namun situasi politik yang memanas ditahun 1965 menyebabkan proyek ini harus terkedala, walau sudah selesai pada tahap pembangunan pertama yaitu berupa penimbunan rawa rawa, empang hingga semak belukar, diperkirakan 12.5 juta meter kubik material digunakan untuk tahapan ini serta dilakukan pembebasan lahan seluas 552 hektar, tahapan pertama kala itu dipegang oleh kontraktor dari Prancis yaitu Compagnig Industriale de Travaux (Citra)

Setelah suhu perpolitikan di tanah air mulai mereda, akhirnya proyek ini kembali di lanjutkan oleh Gubernur Ali Sadikin dengan menunjuk PD Pembangunan Jaya sebagai pelaksana. PD Pembangunan Jaya yang kala itu dipimpin oleh Ciputra diberi amanah untuk membangun kawasan Ancol agar bisa setara dengan Disneyland yang ada di Amerika seperti yang diimpikan Soekarno dulu. Berbagai upaya pun dilakukan, termasuk mendekati pihak Disneyland agar mau membangun konsep theme park yang sama di Jakarta, namun hal di tolak oleh pihak Disneyland, namun meski di tolak pihak Disneyland tetap membuka diri apabila ingin belajar, maka saat akan dilakukan pembangunan Dufan,  ditahun 1982 beberapa arsitek dari Indonesia di kirim ke Amerika dan belajar ke Disneyland langsung mengenai seluk beluk taman hiburan tersebut. Tentu kita tidak bisa meniru seratus persen konsep yang ada disana, Dufan tetap dibangun dengan cita rasa Indonesia sebagaimana kita saksikan sekarang, sejak dibuka pertama kalinya untuk publik di tahun 1985.

Tentu pembanguan Kawasan Ancol tidak pernah berhenti melakukan inovasi dan perbaikan di berbagai sisi, mulai dari fasilitas pendukung, hingga hingga penambahan berbagai area rekreasi, selain Dufan, Ancol juga menyediakan area bermain dan rekreasi lainnya seperti Sea World, Ocean Dream Samudera, Atlantis Water Adventure, Agustine Phinisi, Fauna Land hingga Gondola Ancol. Satu hal lagi yang menarik adalah tersedianya annual pass tiket yang mana pengunjung bisa masuk masuk sepuasnya, selama satu tahun penuh,  selama jam operasional tentunya, tanpa harus antri berlama lama di pintu masuk. Menurut pengamatan saya program ini tentu menyasar masyarakat Jabodetabek, mengingat semakin minimnya Kawasan wisata di daerah ini, dan tentu saja bila ingin sering sering berkunjung kesini, menggunakan tiket annual pas tentu lebih ramah di kantong. Beberapa kali berkunjung ke tempat ini, memang selalu memiliki pengalaman tersendiri, walau memang belum semegah Universal studios Singapore, atau bahkan Universal studios Japan, Ancol tetaplah kebanggaan kita bersama sebagai warga Indonesia.

Tinggalkan komentar